Terjadi karena adanya penekanan saraf
sensorik di terowongan pergelangan tangan (karpal). Saraf medianus atau saraf
tengah masuk telapak tangan antara tendon fleksor dan retinakulum fleksor.
Rongga kecil ini adalah kanalis karpal (carpal tunnel). Penyempitan oleh lemak
atau cairan di sekelilingnya menekan saraf medianus, munculah kesemutan. Bisa
terjadi akibat komplikasi kehamilan, obesitas, diabetes melitus, rematik.
Gejala-gejala meliputi nyeri pada tangan yang kadang menyebar ke lengan atas.
Nyeri makin berat di malam hari. Gejala menjadi parah oleh kerja manual yang
berat seperti mencuci, menggosok. Penyelesaiannya bisa dengan operasi atau
disuntik obat untuk memperlebar terowongan. Bisa juga hanya dengan fisioterapi
bila gejala ringan
Beberapa pemeriksaan dan
tes provokasi yang dapat membantu menegakkan diagnosa STK adalah:
a) Flick's sign
Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau menggerak-gerakkan
jari-jarinya. Bila keluhan berkurang atau menghilang akan menyokong diagnosa
STK. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai pada penyakit Raynaud.
b) Thenar wasting.
Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan adanya atrofi otot-otot
thenar.
c) Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan
otot secara manual maupun dengan alat dinamometer.
Penderita diminta untuk
melakukan abduksi maksimal palmar lalu ujung jari dipertemukan dengan ujung
jari lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut.
Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta penderita melakukan gerakan yang
rumit seperti menulis atau menyulam.
d) Wrist extension test.
Penderita melakukan ekstensi tangan secara maksimal, sebaiknya
dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan. Bila dalam 60
detik timbul gejala-gejala seperti STK, maka tes ini menyokong diagnosa STK.
e) Phalen's test.
Penderita melakukan fleksi
tangan secara maksimal. Bila dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti STK,
tes ini menyokong diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat
sensitif untuk menegakkan diagnosa STK.
f) Torniquet test
Dilakukan pemasangan torniquet dengan menggunakan tensimeter di atas
siku dengan tekanan sedikit di atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit timbul
gejala seperti STK, tes ini menyokong diagnosa.
g) Tinel's sign
Tes ini mendukung diagnosa bila timbul parestesia atau nyeri pada
daerah distribusi nervus medianus kalau dilakukan perkusi pada terowongan
karpal dengan posisi tangan sedikit dorsofleksi.
h.) Pressure test
i.
Nervus medianus ditekan di terowongan karpal dengan menggunakan ibu jari. Bila
dalam waktu kurang dari 120 detik timbul gejala seperti STK, tes ini menyokong
diagnosa.
ii.
Luthy's sign (bottle's sign).
iii.
Penderita diminta melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya pada botol atau
gelas. Bila kulit tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan
rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosa.
i) Pemeriksaan sensibilitas.
Bila
penderita tidak dapat membedakan dua titik (two-point discrimination) pada
jarak lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes dianggap positif dan
menyokong diagnosa.
j) Pemeriksaan fungsi otonom
Diperhatikan
apakah ada perbedaan keringat, kulit yang kering atau licin yang terbatas pada
daerah innervasi nervus medianus. Bila ada akan mendukung diagnosa STK.
Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan adalah:
a.
Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)
Ø Pemeriksaan EMG dapat menunjukkan adanya fibrilasi,
polifasik, gelombang positif dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot
thenar. Pada beberapa kasus tidak dijumpai kelainan pada
otot-otot lumbrikal. EMG
bisa normal pada 31 % kasus STK.
Ø Kecepatan Hantar Saraf (KHS). Pada 15-25% kasus, KHS bisa
normal. Pada yang lainnya KHS akan menurun dan masa laten distal (distal
latency) memanjang, menunjukkan adanya gangguan pada konduksi safar di
pergelangan tangan. Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.
b.
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan
sinar X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat apakah ada penyebab
lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher berguna untuk
menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT scan dan MRI
dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi.(8)
c.
Pemeriksaan laboratorium
Bila
etiologi STK belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa adanya
gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti
kadar gula darah , kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.
Diferensial Diagnosis Sindrom Kanalis Karpal
Beberapa
diferensial diagnosis dari sindrom kanalis karpal adalah:
1.
Cervical radiculopathy. Biasanya keluhannya berkurang hila leher
diistirahatkan dan bertambah bila leher bergerak. Distribusi gangguan sensorik sesuai
dermatomnya.
2.
Thoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya
selain otot-otot thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari
tangan dan lengan bawah.
3.
Pronator teres syndrome. Keluhannya lebih menonjol pada rasa nyeri di
telapak tangan daripada STK karena cabang nervus medianus ke kulit telapak
tangan tidak melalui terowongan karpal.
4.
de Quervain's syndrome. Tenosinovitis dari tendon muskulus
abduktor pollicis longus dan ekstensor pollicis brevis, biasanya akibat gerakan
tangan yang repetitif. Gejalanya adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada
pergelangan tangan di dekat ibu jari. KHS normal. Finkelstein's test : palpasi
otot abduktor ibu jari pada saat abduksi pasif ibu jari, positif bila nyeri
bertambah.
Terapi pada Sindrom Kanalis Karpal
Selain ditujukan langsung terhadap STK,
terapi juga harus diberikan terhadap keadaan atau penyakit lain yang mendasari
terjadinya STK. Oleh karena itu sebaiknya terapi STK dibagi atas 2 kelompok,
yaitu :
1. Terapi langsung terhadap STK
a. Terapi konservatif.
o
Istirahatkan pergelangan tangan.
o Obat anti inflamasi non steroid.
o Ada juga program latihan pergelangan
tangan dan pemakaian wrist splint sejenis pembungkus untuk menetralkan posisi
pergelangan tangan.
o
lnjeksi
steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg atau
metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan karpal
dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat
pergelangan tangan di sebelah medial tendon musculus palmaris longus. Bila
belum berhasil, suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat
dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali
suntikan.
o Kontrol cairan, misalnya dengan
pemberian diuretika.
o Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa
penulis berpendapat bahwa salah satu penyebab STK adalah defisiensi piridoksin
sehingga mereka menganjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3
bulan. Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin
tidak bermanfaat bahkan dapat menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis
besar
o Fisioterapi. Ditujukan pada perbaikan
vaskularisasi pergelangan tangan.
b.
Terapi operatif.
Tindakan
operasi pada STK disebut neurolisis nervus medianus pada pergelangan tangan.
Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami perbaikan dengan terapi
konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi
otot-otot thenar . Pada STK bilateral biasanya operasi pertama dilakukan pada
tangan yang paling nyeri walaupun dapat sekaligus dilakukan operasi bilateral.
Penulis lain menyatakan bahwa tindakan operasi mutlak dilakukan bila terapi
konservatif gagal atau bila ada atrofi otot-otot thenar, sedangkan indikasi
relatif tindakan operasi adalah hilangnya sensibilitas yang persisten.
Biasanya
tindakan operasi STK dilakukan secara terbuka dengan anestesi lokal, tetapi
sekarang telah dikembangkan teknik operasi secara endoskopik. Operasi
endoskopik memungkinkan mobilisasi penderita secara dini dengan jaringan parut
yang minimal, tetapi karena terbatasnya lapangan operasi tindakan ini lebih
sering menimbulkan komplikasi operasi seperti cedera pada saraf. Beberapa
penyebab STK seperti adanya massa atau anomali maupun tenosinovitis pada terowongan
karpal lebih baik dioperasi secara terbuka.
2.
Terapi terhadap keadaan atau penyakit yang mendasari STK.
Keadaan
atau penyakit yang mendasari terjadinya STK harus ditanggulangi, sebab bila
tidak dapat menimbulkan kekambuhan STK kembali. Pada keadaan di mana STK
terjadi akibat gerakan tangan yang repetitif harus dilakukan penyesuaian
ataupun pencegahan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya STK atau mencegah kekambuhannya antara lain:
o
Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisi netral
o
Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh tangan
dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya Menggunakan ibu jari
dan telunjuk.
o Batasi gerakan tangan yang repetitif.
o
Istirahatkan tangan secara periodik.
o
Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan memiliki waktu
untuk beristirahat.
o
Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan peregangan secara
teratur.
0 komentar:
Posting Komentar