BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur
adalah patah tulang, biasanya disebabkan
oleh trauma atau tenaga fisik dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan
dari tulang itu sendiri dan jaringan lunak disekitar tulang apakah fraktur itu
lengkap atau tidak lengkap.
Tulang merupakan bagian yang terkeras pada tubuh kita,
jika dapat dibayangkan apabila terjadi fraktur dipastikan energy y6ang
menyebabkannya cukup besar kecuali keaddan tulangnya memang tidak normal.
Contohnya fraktur pada shaft femur, biasanya fraktur ini terjadi karena kece
lakaan lalu lintas dimana seorang pengendara motor bertabrakan dengan mobil
yang menyebabkan dia terjatuh dan tubuhnya membentur bagian mobil, jalan
ataupun yang berat si korban tertindas mobil. Tentunya
hal demikian membawa dampak/berpengaruh dalam proses penyembuhannya. Salah satu
dampak yang dialami adalah fraktur atau perpatahan pada tulang.
Dalam kondisi tersebut diatas, akan menyebabkan
berbagai macam permasalahan. Untuk itu, peran fisioterapi dalam kasus ini
sangatlah dibutuhkan, dimulai dari fase akut sampai pada fase pemulihan. Peran
fisioterapi dalam hal ini berfungsi untuk menjaga, memelihara, memulihkan dan
mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsionl pasien sepanjang daur
kehidupan.
BAB II
ANATOMI FISIOLOGI
Persendian panggul merupakan bola dan
mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari: Kepala, leher. Bagian terbesar dan
terkecil trochantor dan batang , bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua
condilus kepala femur masuk ke dalam fossa acetabulum. Sendi panggul
dikelilingi oleh kapsul fibrosa, ligament dan otot. Suplai darah ke kepala dan
femoral merupakan hal yang penting paada fraktur hip. Suplai darah bervariasi
menurut usia. Sumber utamanya adalah retikular posterior, nutrisi dari pembuluh
darah dari batang femur meluas menuju daerah trochantor dan bagian bawah dari
bagian leher femur. Adapun ligament yang
diperkuat oleh hip joint adalah ligament pubofemoral, iliofemoral,
ischiofemoral.
Pada extremitas inferior terdiri dari tungkai bawah dan tungkai atas terbentuk dari os femur, os tibia, dan os fibula. Hubungan antara os femur dengan tibiofibular bagian proximal merupakan salah satu persendian pada tungkai yang disebut knee joint. Seperti halnya persendian lainnya, knee joint ini juga diperkuat oleh jaringan yang ada disekitarnya berupa ligament dan otot. Adapun ligament-ligamen yang memperkuat dari ligament knee joint adalah ligament patellaris, colaterallateral-medial dan lain-lain. Otot –otot yang melewati dari kedua sendi ini adalah hamstring, quadriceps, iliopsoas, group adductor, gluteus maximus dan lain-lain.
BAB II
PATOLOGI TERAPAN
A.
Defenisi
Fraktur adalah suatu keadaan discontinuetas pada tulang baik
sebagian maupun seluruhnya. Fraktur mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu
pengisutan atau perintilan kortex. Biasanya, patahan itu lengkap dan fragmen
tulang bergeser. Jika kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur
tertutup (sederhana), namun jika tulang yang mengalami fraktur/perpatahan
menembus jaringan luar maka keadaan tersebut disebut fraktur terbuka
(compound). Keadaan ini cenderung mengalami kontaminasi sehingga mudah
menibulkan infeksi
Fraktur shaft femur dapat terjadi karena trauma langsung atau
tidak langsung. Pada kondisi fraktur, dapat diklasifikasikan menjadi 3
bagian diantara lain ;
·
Tipe I, terjadi keretakan shaft femur
tanpa adanya pemisahan/tak bergeser
·
Tipe II, terjadi keretakan shaft femur
dengan disertai pemisahan/bergeser
·
Tipe III, fraktur shaft femur yang
bersifat komunitif.
Tulang bersifat relatif rapuh,
namun cukup mempunyai kekuatan dan daya pegas untuk melawan tahanan. Fraktur
dapat terjadi akibat :
a. Peristiwa
trauma, sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan dan dapat berupa langsung dan tidak langsung.
b. Stress
atau tekanan yang berulang-ulang sehingga dapat menyebabkan kerapuhan pada
tulang dan mudah mengalami perpatahan.
c. Terdapat
factor abnormal patologi pada tulang misalnya tumor sehingga tulang dengan
mudahnya mengalami fraktur.
Fraktur shaft femur dapat terjadi
pada semua usia dan paling banyak pada usia dewasa dan usia lanjut. Penyebab
yang umum adalah trauma langsung dan traffic accident. Lokasi fraktur biasanya
pada sub trochanter (1/3 atas), sfhat femur (1/3 tengah), dan supra condylar
(1/3 bawah)
B.
Gambaran
klinis
Lecet-lecet atau memar pada siku
menunjukkan fraktur kominutif. Quadriceps utuh dan knee tidak dapat
diekstensikan melawan gaya gravitasi. Pada fraktur melintang mungkin terdapat
celah yang dapat diraba dan siku pasien tak dapat diekstensikan melawan
tahanan. Pada sebuah kondisi fraktur, photo X sangat menentukan dalam
penatalaksanaan fisioterapi setelah penganan oleh dokter. Hal ini dapat
dilakukan dengan foto lateral yang diarahkan sebagaimana mestinya penting untuk
memperlihatkan fraktur secara terinci, disamping kerusakan sendi yang
berkaitan.
Secara umum pada kondisi fraktur
terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat kita lihat diantaranya :
a. Nyeri
(nyeri tekan)
b. Bengkak
c. Deformitas
(kelainan bentuk atau tidak sesuai dengan bentuk normalnya/anatomisnya)
d. Gangguan gerak.
C.
Komplikasi
Komplikasi Dini
1. Syock
2. Emboli
lemak
3. Trauma
saraf
4. Tromboli
emboli
5. Infeksi
Komplikasi Lanjut
1. Delayed
Union
2. Mal
Union
3. Non
Union
4. Kaku
sendi lutut
5. Ref
Fraktur
BAB III
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
A.
Assesment
a. Anamnesis
o
Umum
Nama : Tn. Nn
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin :
laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan :
Pengusaha
Alamat : Jl.Panakukang Emas
o
Khusus
Keluhan
utama : Adanya Keterbatasan Gerak disertai dengan nyeri
Lokasi keluhan :
Sendi Lutut
Sifat
keluhan : Terlokalisir
Kapan
terjadi : 2 minggu yang lalu
Waktu pemasangan : 3 hari yang lalu
immobilisasi
Penyebab :
trauma langsung
RPP : 2 minggu
yang lalu pasien mengendarai motor kemudian terjatuh dan hasil foto dari x-ray
menunjukkan adanya patah tulang atau fraktur shaft femur.
b. Inspeksi
Statis
-
Adanya Sweeling pada daerah sekitar
insisi.
-
Adanya oedema pada tungkai bawah
Dinamis
-
Nampak adanya bekas insisi berupa
plester
c.
Pemeriksaan fungsi
Karena pada kasus ini
masih terpasang immobilisasi jadi PFGD tidak dilakukan.
d.
Pemeriksaan Spesifik
a)
Palpasi :
Adanya sweeling pada daerah insisi.
b)
X-Ray :
Nampak adanya pemasangan alat fiksasi berupa
flat and scraw
c)
VAS ( Visual Analog Scale)
d)
Tes Circumferentia
B.
Diagnosis
Fisioterapi
“Gangguan Fungsional Tungkai
Sinistra Akibat Keterbatasan ROM Knee Joint karena Fraktur Shaft Femur”
C.
Problematik
Fisioterapi
- Nyeri
- Oedema/sweeling
- Kelemahan
Otot
- Gangguan
ADL
D.
Tujuan
Fisioterapi
-
Menurunkan nyeri
-
Menurunkan oedema
-
Meningkatkan kekuatan otot
-
Mencegah Kontraktur
-
Memperbaiki ADL
E. Pelaksanaan Fisioterapi
No
|
Problematik FT
|
Modalitas Terpilih
|
Metode
|
Tujuan
|
Dosis
|
1
|
Nyeri
|
RICE
|
Kontak Langsung
|
Menurunkan Nyeri
|
Selama Masa Akut
|
2
|
Kelemahan otot
|
Exercise therapi
|
Strengthening
exercise, Static Kontraksi
|
Meningkatkan nilai
otot
|
3 x seminggu, Toleransi
pasien, kontak langsung, 10 X REPETISI
|
3
|
Gangguan ADL
|
Walking exercise
|
Parsial Weigh Beering (PWB) dan
Full Weigh Beering (FWB)
|
Meningkatkan fungsi
ADL berjalan
|
Dapat dilakukan Post
immobilisasi
|
4.
|
Mencegah
kontraktur pada daerah yang tidak di immobilisasi
|
Exercise therapy
|
PROMEX, AROMEX,
|
Mencegah kontraktur
|
3 x seminggu, Toleransi pasien, kontak
langsung, 10 X REPETISI
|
F. EVALUASI
a. Sesaat
Setelah melakukan
terapi, pasien merasakan nyeri setiap akhir gerakan.
b. Berkala
Setelah beberapa kali
fisioterapi, pasien mengalami perubahan seperti diantaranya
1. Nyeri
sudah berkurang
2. Terjadi
peningkatan ROM
3. Oedema
dan sweeling berkurang
BAB IV
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Fraktur merupakan terutusnta contuinitas tulang atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa atau kekerasan.
Penyebab-penyebab fraktur atau patah tulang. Tulang adalah bentura n dan cedera,
fraktur patologi patah karena letih, patah karena tulang tidak dapat
mengabsorbsi energy karena berjalan terlalu lama. Fraktur dapat dibagi menjadi
fraktur terbuka maupun fraktur tertutup.
2.
Saran
a)
Bagi pasien
diharapkan agar tidak putus asa dan lebih meningkatkan keyakinan dan semangat
dalam melakukan latihan.
b)
Bagi keluarga,
diharapkan lebih memotivasi pasien dalam membantu proses penyembuhan serta
pengetahuan tentang hal-hal yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh pasien.
c)
Bagi fisioterpis
diharapkan untuk lebih mengetahui kasus dan penanganan pasien khususnya kondisi
fraktur secara sistematis.
mantap artikelnya,
BalasHapussalam fisioterapi
JAringan Fisioterapi Indonesia
www.nurazri.com