Home » » Gangguan Fungsional Tungkai Sinistra Akibat Keterbatasan ROM Knee Joint karena Fraktur Shaft Femur

Gangguan Fungsional Tungkai Sinistra Akibat Keterbatasan ROM Knee Joint karena Fraktur Shaft Femur

Written By evan on Rabu, 03 September 2014 | 07.51



BAB I
PENDAHULUAN

            Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan  oleh trauma atau tenaga fisik dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan dari tulang itu sendiri dan jaringan lunak disekitar tulang apakah fraktur itu lengkap atau tidak lengkap.
            Tulang merupakan bagian yang terkeras pada tubuh kita, jika dapat dibayangkan apabila terjadi fraktur dipastikan energy y6ang menyebabkannya cukup besar kecuali keaddan tulangnya memang tidak normal. Contohnya fraktur pada shaft femur, biasanya fraktur ini terjadi karena kece lakaan lalu lintas dimana seorang pengendara motor bertabrakan dengan mobil yang menyebabkan dia terjatuh dan tubuhnya membentur bagian mobil, jalan ataupun yang berat si korban tertindas mobil. Tentunya hal demikian membawa dampak/berpengaruh dalam proses penyembuhannya. Salah satu dampak yang dialami adalah fraktur atau perpatahan pada tulang.
Dalam kondisi tersebut diatas, akan menyebabkan berbagai macam permasalahan. Untuk itu, peran fisioterapi dalam kasus ini sangatlah dibutuhkan, dimulai dari fase akut sampai pada fase pemulihan. Peran fisioterapi dalam hal ini berfungsi untuk menjaga, memelihara, memulihkan dan mengembalikan kapasitas fisik dan kemampuan fungsionl pasien sepanjang daur kehidupan.


BAB II
ANATOMI FISIOLOGI
Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan acetabulum bagian dari: Kepala, leher. Bagian terbesar dan terkecil trochantor dan batang , bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua condilus kepala femur masuk ke dalam fossa acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh kapsul fibrosa, ligament dan otot. Suplai darah ke kepala dan femoral merupakan hal yang penting paada fraktur hip. Suplai darah bervariasi menurut usia. Sumber utamanya adalah retikular posterior, nutrisi dari pembuluh darah dari batang femur meluas menuju daerah trochantor dan bagian bawah dari bagian leher femur.  Adapun ligament yang diperkuat oleh hip joint adalah ligament pubofemoral, iliofemoral, ischiofemoral.

Pada extremitas inferior terdiri dari tungkai bawah dan tungkai atas terbentuk dari os femur, os tibia, dan os fibula. Hubungan antara os femur dengan tibiofibular bagian proximal merupakan salah satu persendian pada tungkai yang disebut knee joint. Seperti halnya persendian lainnya, knee joint ini juga diperkuat oleh jaringan yang ada disekitarnya berupa ligament dan otot. Adapun ligament-ligamen yang memperkuat dari ligament knee joint adalah ligament patellaris, colaterallateral-medial dan lain-lain. Otot –otot yang melewati dari kedua sendi ini adalah hamstring, quadriceps, iliopsoas, group adductor, gluteus maximus dan lain-lain.

Di Bagian os femur memiliki corpus yang biasanya terjadi fraktur. Hal ini dapat terjadi oleh karena adanya trauma atau benturan langsung maupun tak langsung pada tulang tersebut. Menurut Long 1996 penyebab dari fraktur adalh a. Benturan dan cedera b. fraktur patologik ( kelemahan hilang akibat penyakit kanker, osteoporosis ) c. Patah karena letih d. patah karena tulang tidak dapat mengabsorbsi energy karena berjalan terlalu jauh.

BAB II
PATOLOGI TERAPAN

A.    Defenisi 

Fraktur adalah suatu keadaan discontinuetas pada tulang baik sebagian maupun seluruhnya. Fraktur mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau perintilan kortex. Biasanya, patahan itu lengkap dan fragmen tulang bergeser. Jika kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup (sederhana), namun jika tulang yang mengalami fraktur/perpatahan menembus jaringan luar maka keadaan tersebut disebut fraktur terbuka (compound). Keadaan ini cenderung mengalami kontaminasi sehingga mudah menibulkan infeksi
Fraktur shaft femur dapat terjadi karena trauma langsung atau tidak langsung. Pada kondisi fraktur, dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian  diantara lain ;
·         Tipe I, terjadi keretakan shaft femur tanpa adanya pemisahan/tak bergeser
·         Tipe II, terjadi keretakan shaft femur dengan disertai pemisahan/bergeser
·         Tipe III, fraktur shaft femur yang bersifat komunitif.

             Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan daya pegas untuk melawan tahanan. Fraktur dapat terjadi akibat :
a.       Peristiwa trauma, sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan dan dapat berupa langsung dan tidak langsung.
b.      Stress atau tekanan yang berulang-ulang sehingga dapat menyebabkan kerapuhan pada tulang dan mudah mengalami perpatahan.
c.       Terdapat factor abnormal patologi pada tulang misalnya tumor sehingga tulang dengan mudahnya mengalami fraktur.
             Fraktur shaft femur dapat terjadi pada semua usia dan paling banyak pada usia dewasa dan usia lanjut. Penyebab yang umum adalah trauma langsung dan traffic accident. Lokasi fraktur biasanya pada sub trochanter (1/3 atas), sfhat femur (1/3 tengah), dan supra condylar (1/3 bawah)
B.     Gambaran klinis
             Lecet-lecet atau memar pada siku menunjukkan fraktur kominutif. Quadriceps utuh dan knee tidak dapat diekstensikan melawan gaya gravitasi. Pada fraktur melintang mungkin terdapat celah yang dapat diraba dan siku pasien tak dapat diekstensikan melawan tahanan. Pada sebuah kondisi fraktur, photo X sangat menentukan dalam penatalaksanaan fisioterapi setelah penganan oleh dokter. Hal ini dapat dilakukan dengan foto lateral yang diarahkan sebagaimana mestinya penting untuk memperlihatkan fraktur secara terinci, disamping kerusakan sendi yang berkaitan.
             Secara umum pada kondisi fraktur terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat kita lihat diantaranya :
a.       Nyeri (nyeri tekan)
b.      Bengkak
c.       Deformitas (kelainan bentuk atau tidak sesuai dengan bentuk normalnya/anatomisnya)
d.       Gangguan gerak.
C.    Komplikasi
             Komplikasi Dini
1.      Syock
2.      Emboli lemak
3.      Trauma saraf
4.      Tromboli emboli
5.      Infeksi
                   Komplikasi Lanjut
1.      Delayed Union
2.      Mal Union
3.      Non Union
4.      Kaku sendi lutut
5.      Ref Fraktur
BAB III
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
A.    Assesment
a.       Anamnesis
o   Umum
Nama                                 : Tn. Nn
Umur                                 : 45 tahun
Jenis Kelamin                    : laki-laki
Agama                               : Islam
Pekerjaan                           : Pengusaha
Alamat                              : Jl.Panakukang Emas
o   Khusus
Keluhan utama                  : Adanya Keterbatasan Gerak disertai dengan nyeri
Lokasi keluhan                  : Sendi Lutut
Sifat keluhan                     : Terlokalisir
Kapan terjadi                    : 2 minggu yang lalu
                              Waktu pemasangan           : 3 hari yang lalu
                              immobilisasi
Penyebab                           : trauma langsung
RPP                                  : 2 minggu yang lalu pasien mengendarai motor kemudian terjatuh dan hasil foto dari x-ray menunjukkan adanya patah tulang atau fraktur shaft femur.
b.      Inspeksi
Statis
-       Adanya Sweeling pada daerah sekitar insisi.
-       Adanya oedema pada tungkai bawah


                              Dinamis
-       Nampak adanya bekas insisi berupa plester
c.      Pemeriksaan fungsi
Karena pada kasus ini masih terpasang immobilisasi jadi PFGD tidak dilakukan.
d.     Pemeriksaan Spesifik
a)      Palpasi                               : Adanya sweeling pada daerah insisi.
b)      X-Ray                               : Nampak adanya pemasangan alat fiksasi berupa     flat and scraw
c)      VAS ( Visual Analog Scale)
d)       Tes Circumferentia          

B.    Diagnosis Fisioterapi
“Gangguan Fungsional Tungkai Sinistra Akibat Keterbatasan ROM Knee Joint karena  Fraktur Shaft Femur”
C.    Problematik Fisioterapi
-       Nyeri
-       Oedema/sweeling
-       Kelemahan Otot
-       Gangguan ADL
D.    Tujuan Fisioterapi
-                                 Menurunkan nyeri
-                                 Menurunkan oedema
-                                 Meningkatkan kekuatan otot
-                                 Mencegah Kontraktur
-                                 Memperbaiki ADL

E.     Pelaksanaan Fisioterapi
No
Problematik FT
Modalitas Terpilih
Metode
Tujuan
Dosis
1
Nyeri

RICE
Kontak Langsung
Menurunkan Nyeri
Selama Masa Akut
2
Kelemahan otot
Exercise therapi
Strengthening exercise, Static Kontraksi
Meningkatkan nilai otot
3 x seminggu, Toleransi pasien, kontak langsung, 10 X REPETISI
3





Gangguan ADL




Walking exercise




Parsial Weigh Beering (PWB) dan Full Weigh Beering (FWB)
Meningkatkan fungsi ADL berjalan



Dapat dilakukan Post immobilisasi




4.

Mencegah kontraktur pada daerah yang tidak di immobilisasi

Exercise therapy

PROMEX, AROMEX,

Mencegah kontraktur

3 x seminggu, Toleransi pasien, kontak langsung, 10 X REPETISI

F.     EVALUASI
a.       Sesaat 
Setelah melakukan terapi, pasien merasakan nyeri setiap akhir gerakan.
b.      Berkala           
Setelah beberapa kali fisioterapi, pasien mengalami perubahan seperti diantaranya
1.      Nyeri sudah berkurang
2.      Terjadi peningkatan ROM
3.      Oedema dan sweeling berkurang 

BAB IV
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Fraktur merupakan terutusnta contuinitas tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa atau kekerasan. Penyebab-penyebab fraktur atau patah tulang. Tulang adalah bentura n dan cedera, fraktur patologi patah karena letih, patah karena tulang tidak dapat mengabsorbsi energy karena berjalan terlalu lama. Fraktur dapat dibagi menjadi fraktur terbuka maupun fraktur tertutup.   

2.      Saran
a)      Bagi pasien diharapkan agar tidak putus asa dan lebih meningkatkan keyakinan dan semangat dalam melakukan latihan.
b)      Bagi keluarga, diharapkan lebih memotivasi pasien dalam membantu proses penyembuhan serta pengetahuan tentang hal-hal yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh pasien.
c)      Bagi fisioterpis diharapkan untuk lebih mengetahui kasus dan penanganan pasien khususnya kondisi fraktur secara sistematis.

1 komentar:

  1. mantap artikelnya,
    salam fisioterapi
    JAringan Fisioterapi Indonesia
    www.nurazri.com

    BalasHapus